Tuesday, 28 March 2017

MOTIVASI DIRI

          Nama saya Sigit Indrajaya, seorang mahasiswa tingkat akhir di Universitas Gunadarma. Saya memiliki pengalaman saya yang sepertinya bisa memotivasi pembaca. saya tidak terlalu mengingat banyak waktu TK(Taman Kanak-kanak). Yang saya ingat dulu saya anak yang aktif, cengeng (gampang nangis), dan tidak mau kalah dari yang lain. Saya dulu sempat tidak mau masuk TK lagi dikarenakan ingin masuk SD(sekolah dasar). Mungkin itu salah satu ego saya yang diingat. Ibu saya mengizinkan lalu mendaftarkan saya ke SD. SD yang saya tempati dulu adalah MIN Parungkuda. Tempatnya tidak jauh dari rumah saya. Seperti anak lainnya, saat hari pertama sekolah saya ditemani ibu saya. Setelah sekian lama ibu saya tidak lagi menemani ke sekolah. Pada jaman saya sekolah disana tidak dipisah antar kelas seperti   1A dan 1B atau yang lainnya. Mungkin dikarenakan fasilitasnya yg masih belum memadai. Itu yang membuat teman saya tidak banyak yang berganti selama 6 tahun. Saat SD mungkin adalah saat yang paling suram bagi saya dikarenakan saya adalah anak yang selalu kena bully (penindasan) oleh yang lainnya. Mungkin alasan saya dibully karena saya anak yang cengeng. Kadang semakin parahnya saya sampai terluka. Orangtua saya merasa kasihan dan mendatangi sekolah untuk memarahi orang yang membully saya. Walaupun begitu, saya tidak membatasi pertamanan. Saya masih tetap berteman dengan orang yang membully saya. Ya seperti itulah kehidupan saya sewaktu SD. Lebih banyak menangisnya dari pada belajarnya. Saya tidak pernah mendapatkan rangking di sekolah. Lebih banyak orang yang lebih pintar dari pada saya. Saya tidak ada keinginan untuk mengejar ranking tetapi saya lebih memilih melakukan apa yang saya bisa.
Setelah 6 tahun, saya lulus dan masuk ke SMP (Sekolah Menengah Pertama). SMP yang saya masuki adalah SMPN 1 Cicurug. Saya memilih SMP ini dikarenakan dulu kaka saya sempat gagal masuk ke sini. Jadi saya memutuskan untuk masuk ke smp ini. Di SMP yang saya tempati, kelas yang saya tempati setiap tahun berganti. Saya tidak tahu itu kenapa. Di SMP ini mungkin kehidupan saya lebih baik di bandingkan SD, akan tetapi lingkungannya lebih keras. Maksud keras disini seperti tawuran, pemalakan, premanisme, dan lain-lain. Mungkin SMP adalah waktu dimana saya belajar hidup tidak benar. saya aman dari pemalakan dikarenakan salah satu pemimpin pereman di sana adalah teman saya. Saya berteman dengan dia dikarenakan saya dulu pernah sekelas dan berantem dengan dia. Menurut saya di sekolah ini mainnya kelompok. Kelomok anak nakal dan baik. Saya doing sepertinya yang bisa main ke kedua kelompok tersebut. Main dengan anak nakal dan juga main dengan anak baik. Tidak terlalu banyak yang bisa di ceritakan di waktu SMP. Mungkin dikarenakan kehidupan saya yang biasa-biasa saja.
Setelah 3 tahun sekolah di SMP saya lulus dan masuk SMA(Sekolah Menengah Atas). saya masuk ke SMAN 1 cibadak. Sebenarnya masih banyak SMA yang lebih dekat dari ini, Akan tetapi pada saat itu saya ingin mencari SMA yang tidak banyak teman atau orang yang saya kenal dari SMP. Karena terlalu jauh dari rumah, saya di belikan motor. Di SMA ini muridnya baik-baik tidak ada yang nakal. Saya dan yang lainnya pernah membuktikan. Seperti meninggalkan HP dan laptop di kelas akan tetapi tidak hilang. Premanisme waktu di SMA tidak separah waktu di SMP. Lebih sedikit dan tidak sejahat waktu SMP. Waktu kelas 1 SMA saya merasa itu adalah waktu terbaik yang saya dapatkan selama sekolah. Semuanya merasa senang dan tidak pernah ada masalah di kelas. salah satu kenangan yang saya ingat yaitu menonton film di kelas dimana terdapat kata “segala sesuatu itu harus ada pengorbanan”. Saya masih mengingat kata-kata itu sampai sekarang.  setelah masuk ke kelas 2, banyak yang mulai berubah mulai dari jam sekolah mulai padat sampai masalah yang mulai muncul. Masalah yang paling sering muncul adalah ketidak kompakan kelas. saya ber inisiatif  untuk menerapkan kata-kata tersebut. saya disini menjadi pembuat masalah dikelas. Saya melakukan ini dikarenakan ingin membuat kelas menjadi akur dan membuat suasana yang nyaman. Akan tetapi, orang-orangnya terlalu mementingkan dirinya sendiri. Saya bersabar dan terus berusaha sampai kelas 3. Saat kelas 3, murid-muridnya tidak acak seperti waktu di SMP.  Kelas 3 saya mendapatkan wali kelas yang tidak enak. Jika dia mengajar di pagi hari dan ada yang membuatnya marah, maka sampai sore hari dia akan marah-marah. Itu membuat semua kelas merasa risih. Pernah waktu itu dia sedang marah waktu mengajar di kelas saya. Waktu itu saya melakukan kesalahan sehingga dan membuat wali kelas makin marah. kalau tidak salah waktu itu dikarenakan dia tidak bisa mengerjakan soal dikarenakan belum mengerti. Wali kelas pun marah dan mogok ngajar di kelas saya. Sekelas pun inisiatif minta maaf kepada wali kelas  dan meminta untuk mengajar kembali. Akan tetapi beliau masih marah dan belum bisa memaafkan. Tidak banyak yang bisa di perbuat dikarenakan dia salah satu guru senior di SMA. Setelah 3 hari, beliau masuk kembali ke kelas dan kemarahannya mulai mereda. Setelah beberapa bulan dari kejadian tersebut, sekolah mengadakan lomba olahraga. Saya membuat masalah lagi di kelas. kalau tidak salah waktu lomba voli antar kelas. pada saat persiapan lomba, saya di suruh untuk membelikan minuman, Akan tetapi saya menolak. Dikarenakan saat itu murid-murid yang lain sedang makan-makan dan saya tidak ikut, Dikarenakan tidak punya uang. Saya tidak mengatakan alasan saya menolak kepada yang lain. Mereka pun marah kepada saya. Entah apa yang terjadi sepertinya salah satu teman saya dengan senang hati membelikan minuman tersebut. Sepertinya dia sudah menyadari tindakan saya selama ini. Saya sedang sepi dia berbicara kepada saya agar berhenti melakukan itu. Dia mengetahui kalau saya membuat masalah agar membuat kelas menjadi kompak. Dia merasa kasihan kepada saya karena saya yang selalu di salahkan jika terjadi apa-apa. Akan tetapi saya menolak dan tetap melakukan itu. Setelah sekian lama akhirnya perjuangan saya pun membawakan hasil. Setelah sekian lama kelas pun menjadi kompak dan semakin akrab.

Saya bisa melakukan ini karena waktu SD saya kena bully dan waktu SMP mendapatkan kehidupan yang keras. Jika tidak begitu saya mungkin tidak akan kuat untuk melakukan itu. Jika ingin mencapai sesuatu maka harus ada pengorbanan. Jika tidak ada penggerak untuk melakukan sesuatu maka tidak akan ada yang berubah. Saya menceritakan ini karena saya ingin para pembaca merasa termotivasi dan yakin pada diri sendiri bahwa semua perjuangan yang di lakukan pasti akan ada hasilnya.

No comments:

Post a Comment